Bagi penyuka landscape photography,
istilah hyperfocal distance (jarak hiperfocal) mungkin tidak begitu
asing. Tetapi bagi pemula dan pembelajar yang memulai menyukai landscape
photography seperti saya, tentu istilah ini perlu ditelusuri lebih
lanjut. Selama ini prinsip yang saya pakai dalam landscape photography
sangat sederhana dan amatir sekali: asal obyek masuk ke frame jepret
deh, he he he. Ternyata ada hal-hal yang perlu dipahami secara lebih
serius jika ingin memfokuskan diri ke dalam landscape photography.
Sebagai awalan, ulasan yang nanti saya
bahas ini bukanlah hasil pemikiran saya sendiri, melainkan saya peroleh
dari berbagai sumber dan juga hasil menerjemahkan sumber-sumber
berbahasa Inggris, jadi jika ada pihak yang merasa keberatan dengan
pencantuman tulisan ini, silahkan manfaatkan form contact dan saya dengan senang hati akan menindaklanjutinya.
Yang jelas, setiap pencantuman tulisan orang lain pasti akan saya
sertakan sumbernya (baik secara langsung maupun hyperlink). Hal ini saya
kemukakan terlebih dahulu demi menghormati dan menjunjung tinggi hak
kekayaan intelektual seseorang. Namun, dalam rangka proses pembelajaran
bagi semua pihak, pencantuman tulisan pihak lain saya rasa sangat sah
karena tidak ada satupun tulisan di dunia ini yang sifatnya melekat pada
pribadi. Setiap pribadi hanya memiliki kelebihan dalam hal mengolah
kata dan mempraktekkan ilmu, dan pihak lain (seperti saya) mungkin hanya
memiliki kelebihan dalam hal menyerap ilmu tersebut tanpa bisa
menciptakan sendiri.
Baiklah, langsung saja ke pokok
permasalahan: Hyperfocal Distance. Dari beberapa sumber yang saya
peroleh, berikut ini adalah beberapa pengertian tentang hyperfocal
distance. Pada bagian 1 ini pembahasan akan dibatasi pada seputar
pengertian dasar hyperfocal distance.
- Fokuskan lensa pada hyperfocal distance dan segala sesuatu mulai dari jarak paling dekat sampai tak terhingga akan tajam. Foto landscape seringkali diambil menggunakan lensa ayng difokuskan pada hyperfocal distance; obyek yang dekat dan jauh akan tajam di dalam foto tersebut.
- Jarak dari lensa ke suatu titik focus dimana dari titik focus tersebut ke infinity (tak terhingga) adalah tajam. Tambahan: setengah dari jarak dari titik tersebut kearah lensa juga ikut tajam (acceptable sharpness). Ini dikarenakan sebetulnya kita meletakkan titik focus dari kamera/lensa kita pada titik jarak hiperfocal tersebut untuk mendapatkan bidang DOF (depth of field) seluas-luasnya dari titik/jarak tersebut ke infinity (tak terhingga) tapi kurang lebih setengah jarak dari titik tersebut kedepan (kearah) lensa juga ikut tajam dalam batasan acceptable sharpness (ketajaman yang masih bisa diterima).
- Hyperfocal distance adalah jarak dimana semua obyek dapat dimasukkan ke dalam fokus “yang dapat diterima”. Berdasarkan nilainya, ada dua pengertian tentang hyperfocal distance. Pertama, hyperfocal distance adalah jarak terdekat dimana lensa dapat difokuskan sementara obyek pada jarak tak terhingga tetap tajam; yakni jarak fokus dengan depth of field maksimal. Ketika lensa difokuskan pada jarak ini, semua obyek pada jarak setengah hyperfocal distance sampai ke tak terhingga akan tajam. Pengertian kedua, hyperfocal distance adalah jarak dimana semua obyek tampak tajam, untuk lensa yang difokuskan pada titik tak terhingga. Kedua pengertian ini tidak perlu menyebabkan kebingungan karena pada dasarnya sama.
Dari ketiga penjabaran di atas, pada
dasarnya adalah sama. Intinya di sini adalah pada landscape photography,
semua obyek yang akan difoto harus tajam, tidak ada out of focus,
background blur (bokeh) atau apapun (dalam batas toleransi tertentu).
Gambar di bawah ini bisa dijadikan patokan.
Pada gambar tersebut, titik fokus yang
dijadikan acuan adalah gambar pohon ketiga dari fotografer. Nah, karena
titik fokusnya di situ, maka bidang ketajaman atau depth of field yang
akan diperoleh adalah dari 1/2 hyperfocal distance sampai tak terhingga.
Dengan teknik ini, maka gambar yang diperoleh akan tampak “tajam
semua”.
Pada konsep landscape photography dan
hyperfocal distance, penggunaan lensa sangat menentukan. Biasanya, lensa
yang cocok digunakan untuk pengaplikasian hyperfocal distance adalah
lensa normal dan wide-angle. Ini dikarenakan lensa tipe ini memiliki
hyperfocal distance yang relatif pendek jika aperture diset pada angka
besar (bukaan kecil). Misalnya hyperfocal distance untuk lensa 17mm yang
diset menggunakan aperture 1/16 pada kamera 35mm (full frame) adalah
sekitar 0.6 meter. Sehingga segala sesuatu yang berjarak mulai 0.3 meter
sampai tak terhingga akan tampak tajam.
Lensa tele sangat jarang dipergunakan
untuk pengaplikasian hyperfocal distance karena lensa seperti ini
memiliki hyperfocal distance yang relatif jauh. Misalnya hyperfocal
distance untuk lensa 200mm yang diset menggunakan aperture 1/16 pada
kamera 35mm (full frame) adalah sekitar 83 meter! Sehingga segala
sesuatu yang berjarak mulai 41.5 meter sampai tak terhingga akan tampak
tajam. Oleh karena itu lensa tele kurang begitu cocok digunakan untuk
landscape photography karena obyek yang dekat di depan anda tidak akan
tampak tajam.
Dari mana angka-angka di atas diperoleh?
Ada rumusnya, namun sementara tidak sampai ke pembahasan perhitungan
dulu deh.. nanti kalo ada waktu lagi dilanjut ke perhitungan.
… to be continued
http://www.ekowahyu.com/fotografi/hyperfocal-distance-pengertian-dasar-1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar