Teks oleh: Prabowo Setyadi
Jalanan. Atau tempat yang biasa kita lalui
dalam setiap waktu nya bukan lah sebuah tempat untuk menjadikan sebuah
hal menjadi terstruktur. Ya! Memang ada yang nama nya aturan jalanan.
Ya! Memang ada yang namanya hukum jalanan yang menyebutkan siapa yang
kuat. Dia yang bertahan. Namun bukan itu inti dari apa yang disebut
dengan jalanan itu.
Siapa yang dapat mendefinisikan bahwa jalanan
merupakan sebuah ruang untuk mendefinisikan sesuatu hal yang sedang
terjadi secara paten? Sebagai contoh. Ketika reformasi 1998 di Indonesia
ketika itu adalah peristiwa turun nya soeharto sebagai presiden RI
setelah selama 32 tahun dia menjabat. Ada satu karya foto jurnalistik
yang di muat dimedia Harian Koran KOMPAS yang memuat foto seorang
demonstran yang terkapar setelah dipukul oleh beberapa polisi yang
mengejarnya. Namun di sisi foto yang lainnya sang fotografer juga
memotret adegan ketika beberapa polisi yang lain menolong demonstran
tersebut dengan menggotongnya. Seperti akan membawanya ke tempat yang
lebih aman.
Dari hal tersebut mungkin dapat dikatakan bahwa street photography bukan berbicara atau membahas tentang apa itu konsep dari street photography . Namun hanya menjadi sebuah cerita yang tidak meninggalkan jejak dalam waktu yang lama. Hanya sekejap. street photography berbeda dengan foto budaya, foto jurnalistik,dll. Namun street photography dapat masuk keranah semua jenis fotograpi.
Kalau saja sang fotografer KOMPAS tersebut
bukan lah sebagai karyawan media tersebut. Tentu dia tidak akan
menjadikan foto itu sebagai foto jurnalistik. ( hal tersebut karena
sudah menjadi kewajiban dia. Dan itu merupakan sebuah tugas kerja yang
mulia) namun menjadikannya sebag street photography atau yang lainnya.
Street photography
bersifat sangat-sangat fleksibel mengikuti irama yang terjadi di
jalanan. Dia tidak terpaku pada apakah harus disertakan caption teks
atau tidak, harus menyertakan manusia sebagai subjeknya atau pun
formatnya harus hitam-putih. Bukan. Bukan itu.
Sama dengan jenis foto lainnya, Street photography merupakan sebuah bagian dari jenis fotograpi lainnya juga. Dia berdiri sendiri. Namun dalam street photography
kita tidak dapat meminta seseorang yang sedang mengemis untuk melakukan
pekerjaan nya ketika dia sedang beristirahat. Itu dilakukan biasanya
untuk menghasilkan hasil yang dramatis. Dan itu juga bukan berarti street photography harus diambil secara candid. Juga tidak perlu bersembunyi ditengah-tengah orang banyak.
Lalu. Bagaimana dengan foto fashion merk-merk
terkenal semacam Gucci, etien aigner, chanel, cartier, dll. Banyak dari
foto-foto produk mereka mengambil di jalanan. Namun foto tersebut
terkonsep. Kenapa terkonsep karena itu merupakan foto komersil. Dan itu
disebut foto street fashion. Mungkin yang menerapkan pertama bagaimana seorang desainer memasarkannya produknya dalam bentuk street photography adalah channel. Lihat di film “COCO CHANNEL”.
Saya dapat mengatakan itu sebagai bagian dari street photography karena terjadinya di jalanan. Bukan dalam sebuah gedung tinggi ataupun didalam tanah. Street photography
merupakan sebuah genre foto yang merekam denyut kehidupan dijalanan.
Entah itu jalanan didesa atau kota. Dijalanan pula kita dapat
mendapatkan apa yang dikatakan sebagai foto jurnalistik. Sebagai contoh
adalah bagaimana apabila sedang terjadi kebakaran suatu gedung di suatu
daerah pusat perbelanjaan. Disana terjadi tumpang tindih persepsi.
Apakah foto jurnalistik atau street photography? Itu kembali lagi pada
si fotografer, mau diapakan foto dia tersebut. Dan akan
dia masukan kedalam teori keilmuan apa. Itu terserah persepsi si
fotografer. Karena dia merupakan pelaku utama dalam proses dokumentasi
tersebut.
Street Photography juga
merupakan sebuah cara bagaimana kita memahami apa yang disebut jalanan.
Jalanan tidak harus dikonsepkan keras,brutal,kumuh dan mengerikan.
Lihat foto-foto street fashion merk-merk terkenal seperti yang telah
disebutkan diatas atau yang biasa kita lihat di dinding-dinding pusat
perbelanjaan mewah ataupun majalah fashion dan model.. Dijalanan juga
terdapat keindahan Bagaimana denyut kehidupan para penghuni rumah kardus
dipinggiran rel kereta api.
Street Photography tidak
membutuhkan konsep yang baku. Karena dia bukan merupakan sebuah system
yang terstruktur. Itu bisa kita lihat juga dari film City Of God, City
Of Men, London Brighton, Johny Mad Dog, Soloist ataupun film nya Quentin
tarantino yang berjudul Resevoir Dog. Itu kira nya dapat kita jadikan
sebagai referensi apa yang disebut konsep dari street photography secara konseptual. Atau dapat juga kita lihat di albumnya HOMICIDE yang bertitle ILLSURREKSHUN. Didalam
album tersebut terdapat sebuah cover tentang foto-foto demontrasi
tentang hari buruh yang diperingati setiap tanggal 1 Mei setiap
tahunnya. Si empunya HOMICIDE mengangkat isu sosial dari sisi street photography nya
dengan memuat foto-foto yang terjadi pada saat peringatan hari buruh
sedunia tersebut. Tanpa keterangan caption teks dimana terjadinya
peristiwa tersebut. Hanya cerita tentang kondisi bagaimana kapitalisme
dan kekerasan terjadi terhadap buruh. Dan itu pun dapat dikategorikan
sebagai foto jurnalistik. Jadi dalam street photography TIDAK ADA ATURAN ATAU KONSEP YANG TELAH DIPATENKAN HARUS SEPERTI INI DAN ITU.
Eugene Atget yang dikenal sebagai bapak Street Photography.
Karena pada masanya dari 1890-1920 membuat kronika, dari apa yang ada
dijalan kota Paris, dari jendela, tangga, taman, dan sebagainya, manusia
dalam kronika Atget justru bukanlah obyek utamanya. Ini memberikan
pengertian, bahwa komunikasi menembus batas kecenderungan transmisional.
Benda-benda memiliki ritusnya tersendiri. Dan itu lebih tergambarkan
dalam bagaimana seorang seniman foto jalanan mengambil pesonanya seperti
apa-apa yang telah di lakukan oleh Atget.
Berbeda dengan Atget, fotografer Cartier-Bressin justru memandang bahwa Street Photography adalah
selalu tentang obyek manusia di jalan. Dia mengenalkan, keberadaan
‘momentum’ atau ‘momen-momen menentukan’ Seorang surealis seperti
Cartier-Bressin yang gandrung untuk menjadi pelukis, telah menjadikan Street Photography menjadi begitu formal dalam konsep-konsep yang padat (Westerback dan Meyerowitz, 1994:157-159).
Kembali menyimak signifikasi tahap
kedua Barthesian, terdapat peristiwa yang menarik, yang melibatkan
Meyerowitz dalam pandangannya terhadap foto jurnalistik. Baginya foto
jurnalistik, memang melibatkan elemen yang mampu menggugah dan
melibatkan peristiwa sosial, seperti kesejahteraan, rasialisme, dsb.
Namun, Street Photography
lebih berkelahi kepada hal-hal yang terdapat (dari sekedar ‘tangkapan
sosial’ gaya jurnalistik foto) dalam foto-foto mengenai mereka yang ada
di jalan dan apa yang mereka tinggalkan di sana.
Street Photography
melalui paradigma macam ini, dengan demikian telah meninggalkan bentuk
denotasi makna pada signifikasi tahap pertama Barthesian, kepada bentuk
yang tidak dapat dikonsepkan.
Jalanan merupakan sebuah arena kebebasan berekspresi bagi seseorang dalam memahami sebuah peristiwa hidup mereka.
Sumber:
http://ruangfoto.com/?p=829
Tidak ada komentar:
Posting Komentar